Kondom Unik Yang Bisa Dimakan

Up 0 komentar
Kreasi kuliner kini beragam wujudnya. Ada yang terlihat seperti mahakarya mengagumkan, ada pula yang kontroversial dan di luar akal sehat. Di Hong Kong, ada sebuah hidangan yang persis kondom bekas pakai tergeletak di pasir.

Chef Alvin Leung mengejutkan pengunjung kongres chef internasional Identita Golose di London, Inggris, tahun lalu. Di mejanya terlihat sebuah piring berisi kondom tipis berwarna pink transparan. Rupanya, kondom tersebut merupakan hidangan kreasi Chef Leung. "Kondom" ini dibuat dari campuran kappa dan konjac yang dibentuk dengan menyelupkan cerutu ke dalamnya.

Makanan aneh ini kemudian diletakkan di atas bubuk jamur shitake yang terlihat mirip pasir. Di acara tersebut, Chef Leung bahkan menantang penontonnya yang terdiri dari chef untuk membuat hidangan yang sama.
"Ide ini betul-betul gila, namun rasanya enak. Sungguh," ujar David J. Constable dari Huffington Post Inggris.

Menu ini pertama kali dipamerkan pada Identita Golose di Milan tahun 2010. Kalau Anda penasaran dengan rasanya, silakan berkunjung ke restoran Chef Leung, Bo Innovation, di Hong Kong. Signature dish di restoran berbintang Michelin dua ini dijual dengan harga HK$68 (Rp 83.600).

Chef Leung yang dijuluki "Demon Chef" menyebut kreasinya sebagai "X-treme Chinese". Namun, kali ini ia membuat makanan aneh untuk tujuan mulia, yakni meningkatkan kesadaran akan HIV dan AIDS. Seluruh hasil penjualannya akan disumbangkan ke lembaga AIDS Concern di Hong Kong.


Kondom Unik Yang Bisa Dimakan
BACA FULL»

Teknologi Baterai Pra Sejarah

Up 0 komentar
Dari sebuah gua kuno di Irak, Baghdad Battery membuat sebagian orang bertanya-tanya. Mungkinkah lebih dari 2.000 tahun yang lalu, bangsa Irak telah mengenal teknologi yang berhubungan dengan listrik?

Teka-teki Baghdad Battery
Baghdad Battery atau Baterai dari Baghdad yang kadang disebut juga Parthian Battery adalah nama yang diberikan kepada sebuah artefak berbentuk guci/vas yang diperkirakan berasal dari masa kebudayaan Parthian yang berkembang antara tahun 250 SM hingga 224 M.

Tinggi guci ini adalah 13 cm. Di dalamnya terdapat sebuah pipa tembaga berongga dan sepotong besi yang tersusun dengan rapi. Satu ujung besi direkatkan ke mulut guci dengan aspal sedangkan ujung yang lainnya direkatkan ke dasar tembaga.

Guci ini ditemukan pada tahun 1936 di dalam sebuah makam kuno di Khujut, selatan Baghdad. Namun artefak ini dibiarkan berdebu begitu saja di dalam gudang Museum Baghdad hingga dua tahun lamanya.

Pada tahun 1938, Arkeolog Jerman bernama Wilhem Konig yang saat itu merupakan direktur laboratorium penelitian museum Baghdad menemukan guci itu di gudang museum dan segera menyadari adanya sesuatu yang aneh.

Guci itu memiliki pipa tembaga dengan sebatang logam di dalamnya. Desain ini tidak umum untuk sebuah guci. Penelitian awal yang dilakukannya juga menemukan adanya bekas cairan asam seperti cuka atau anggur.

Konig menyadari kalau mungkin ia telah menemukan sebuah Sel Galvanic kuno yang bisa digunakan untuk membuat Baterai. Jika benar, maka ini menjadikan guci ini sebuah Ooparts (Out of place Artefacts), karena baterai baru ditemukan pada tahun 1800 oleh Alessandro Volta.

Konig menjadi bersemangat dengan kemungkinan kalau teknologi listrik mungkin telah dikenal pada masa Irak purba. Pada tahun 1940, walaupun kontroversial, Ia mempublikasikan teorinya mengenai artefak ini.
Apakah fungsi baterai ini?
Setelah perang dunia II berakhir, Willard Gray, seorang insinyur di General Electric High Voltage Laboratory di Massachusets, yang membaca tulisan Konig segera membuat replika Baghdad Battery. Dengan memasukkan jus anggur sebagai elektrolit, ia berhasil menciptakan listrik sebesar 0,5 volt.

Eksperimen ini membuat Baghdad Battery terkenal ke seluruh dunia.

Lalu timbul pertanyaan selanjutnya. Apakah guci sederhana ini benar-benar sebuah alat yang digunakan oleh bangsa Irak purba untuk menghasilkan listrik?

Benarkah mereka telah mengenal prinsip-prinsip kelistrikan?

Jika benar, untuk apakah alat tersebut digunakan?
Electroplating
Dalam publikasinya mengenai Baghdad Battery, Konig menyebutkan kemungkinan kalau baterai ini mungkin digunakan sebagai alat untuk melapisi logam dengan emas atau perak. Proses pelapisan ini disebut Electroplating, sebuah teknik yang masih sering digunakan hingga saat ini.

Untuk menguji ide ini, pada tahun 1978, Dr. Arne Eggebrecht, direktur di Museum Roemer and Pelizaeus di Hildesheim membuat beberapa replika Baghdad Battery dan melakukan eksperimen Electroplating. Kemudian, ia disebut berhasil melapisi sebuah objek dengan lapisan perak setebal 1/10.000 milimeter. Sama seperti eksperimen Willard Gray, Ia menggunakan jus anggur sebagai elektrolit.

Eksperimen ini cukup menghebohkan. Namun tidak butuh waktu lama bagi para ilmuwan untuk menolak keabsahannya.

Masalahnya satu. Tidak ada satupun peneliti lain yang bisa meniru hasil eksperimen Dr.Eggebrecht. Listrik yang dihasilkan oleh Baghdad Battery ternyata tidak cukup kuat untuk bisa melakukan proses electroplating.

Jadi, ada kemungkinan kalau eksperimen tersebut sesungguhnya tidak pernah dilakukan. Ini dikonfirmasi oleh Dr. Bettina Schmitz, seorang peneliti di museum yang sama, yang tidak bisa menemukan satupun catatan mengenai adanya eksperimen tersebut.

Bukan cuma itu, masalah lain yang berkaitan dengan teori ini adalah tidak pernah ditemukannya objek atau perhiasan yang terindikasi dilapisi emas atau perak dengan menggunakan electroplating dari Baghdad Battery.

Keperluan Pengobatan
Bangsa Yunani dan Mesir kuno pernah mencatat mengenai kebiasaan mereka menggunakan ikan listrik untuk meredakan rasa sakit pada telapak kaki. Ini menunjukkan kalau mereka cukup familiar dengan aliran listrik, walaupun mereka tidak menggunakan istilah "listrik" untuk menyebutnya.

Jadi, sebagian peneliti mulai memikirkan kemungkinan penggunaan artefak ini sebagai sebuah alat untuk mengurangi rasa sakit.

Tetapi, sama seperti teori sebelumnya, ada alasan yang cukup untuk meragukan teori ini. Catatan kuno masa purba tidak pernah menyinggung mengenai penggunaan alat sejenis Baghdad Battery dalam pengobatan. Mereka biasa menggunakan daun Cannabis (Ganja), Opium dan anggur untuk mengurangi rasa sakit.

Patung Dewa yang memiliki kekuatan
Lalu, selain dua teori yang cukup ilmiah di atas, ada teori yang menyentuh konspirasi keagamaan.

Dr.Paul Craddock, seorang ahli metalurgi purba dari British Museum, berpendapat kalau pada masa lampau beberapa Baghdad Battery mungkin telah dihubungkan secara paralel dan diletakkan di dalam patung Dewa untuk menipu para penyembahnya.
"Para pendeta mungkin akan mengajukan pertanyaan kepadamu. Jika kamu memberikan jawaban yang salah, kamu akan disuruh menyentuh patung itu dan akan mendapatkan sebuah kejutan listrik kecil. Jika kamu menjawab dengan benar, maka para pendeta akan melepaskan hubungan baterai dan tidak ada kejutan listrik yang dihasilkan. Dengan demikian kamu akan percaya dengan kekuatan Dewa, pendeta dan agamanya."
Teori ini, tentu saja terlalu liar untuk dianggap sebagai fakta karena tidak ada satupun patung yang pernah ditemukan dengan rongga didalamnya yang bisa mengisi beberapa Baghdad Battery.

Jadi, apa kegunaan artefak ini sebenarnya? Benarkah guci ini sebuah peralatan elektrik?

Baghdad Battery - Alat elektrik?
Seorang peneliti hanya bisa menarik sebuah kesimpulan berdasarkan pada fakta atau bukti yang ditemukan. Teori yang mengatakan kalau guci ini adalah sebuah baterai memang cukup memiliki dasar. Namun, bagi sebagian peneliti yang lebih skeptis, ada beberapa lubang besar di dalam teori ini.

Ya, banyak replika yang telah dibuat untuk keperluan eksperimen dan memang berhasil menciptakan arus listrik, namun ini tidak membuat guci ini otomatis menjadi sebuah baterai.

Dr.Marjorie Senechal, Profesor Sejarah Sains dan Teknologi di Smith College yang pernah membuat replika Baghdad Battery untuk keperluan eksperimen berkata:
"Saya rasa tidak ada yang bisa memastikan manfaat guci itu. Namun bisa saja benda itu memang sebuah baterai karena bisa digunakan untuk itu."
Sebuah replika yang dibuat oleh para mahasiswa Prof.Senechal bisa menghasilkan listrik berkekuatan 0,8 hingga 2 Volt.
Untuk mengerti apa yang dimaksud dengan lubang besar pada teori Baghdad Battery, pertama-tama, kita harus mengerti cara kerja sebuah baterai. Untuk itu, mari kita kembali sejenak ke pelajaran kimia sekolah kita.

Seperti yang saya katakan di atas, Dr.Konig mengatakan kalau Guci itu kemungkinan adalah sebuah Sel Galvanic.

Pada tahun 1780, Luigi Galvani, dalam sebuah eksperimen menemukan jika ia menghubungkan dua logam berbeda jenis yang masing-masing dicelupkan dalam larutan elektrolit yang juga dihubungkan dengan salt bridge (peralatan penghubung seperti tabung kimia yang diisi dengan elektrolit dalam bentuk gel), maka aliran listrik akan tercipta.

Kita mungkin juga ingat kalau Galvani berhasil membuat kaki katak yang sudah mati berkontraksi oleh listrik yang dihasilkan oleh sel ini.

Sel Galvanic itu tidak sama dengan baterai.
Yang dinamakan baterai adalah gabungan dari beberapa sel Galvanic yang dihubungkan secara seri atau paralel dengan kabel (atau penghantar lainnya).

Dengan penggabungan ini, barulah aliran listrik yang cukup kuat dapat tercipta.

Nah, disinilah masalahnya. Jika guci itu memang sebuah sel Galvanic yang digunakan sebagai bagian dari Baterai, maka seharusnya ada lebih dari satu guci sejenis yang ditemukan lagi.

Namun, hingga sekarang, hanya ada satu Baghdad Battery yang ditemukan. Dengan kata lain, sebenarnya kita tidak bisa menyebut guci itu sebuah baterai, melainkan sel Galvanic.

Jika kita menemukan beberapa guci serupa, maka argumentasi baterai menjadi lebih kuat.

Namun, itupun belum cukup. Jika ada beberapa guci serupa yang ditemukan, kita masih harus menemukan "kabel" yang digunakan untuk menghubungkan beberapa guci tersebut. Sampai sekarang, kabel tersebut, atau bahan yang mungkin bisa dijadikan kabel belum pernah ditemukan.

Para peneliti pun mengakui kelemahan argumen Baterai karena ketiadaan kabel tersebut.

"Sayangnya kita tidak pernah menemukan kabelnya." Kata Dr. Craddock.

"Ini berarti interpretasi kita mengenai kegunaan artefak ini bisa jadi salah total."

Lalu, selain masalah kabel, keberatan lain yang diajukan oleh para peneliti yang menolak teori ini adalah desain guci tersebut.

Aspal yang digunakan untuk merekatkan batang besi tersebut ternyata menutupi silinder tembaga sepenuhnya. Ini membuat aliran listrik menjadi terhambat. Untuk menghasilkan listrik, mau tidak mau, desain guci tersebut harus diubah.

Lagipula, desain ini cukup aneh karena aspal tersebut menutupi seluruh mulut guci itu. Di lain pihak, Sel Galvanic membutuhkan pengisian cairan elektrolit terus menerus. Bagaimana cara mereka mengisinya jika cairan elektrolit di dalamnya menjadi kering?

Lalu, argumen lainnya dari para penentang teori baterai adalah kenyataan kalau kita tidak pernah menemukan adanya catatan atau ukiran yang menunjukkan mengenai peralatan yang dinyalakan oleh baterei ini. Jika kita menemukan ukiran bergambar alat elektronik yang menggunakan baterai seperti kamera atau jam dinding, mungkin kita bisa menarik kesimpulan kalau memang ada baterai di masa lampau.

Cukup masuk akal mengingat kita hanya bisa menerima suatu teori sains sebagai kebenaran jika didukung oleh bukti-bukti yang memadai.
Lalu, jika bukan baterai, apa manfaat guci tersebut?

Bagi mereka yang keberatan dengan teori baterai, guci itu hanyalah sebuah tempat penyimpanan biasa. Yang disimpan di dalamnya adalah perkamen atau gulungan-gulungan kitab. Mereka berargumen kalau kitab yang disimpan di dalam guci tersebut mungkin telah hancur dan menyisakan residu asam yang dikira sebagai residu cairan elektrolit.

Argumen ini cukup bisa diterima. Tetapi dengan menggunakan logika yang sama untuk membantah teori baterai, maka, mengapa hanya ada satu guci serupa yang ditemukan?

Jika memang digunakan untuk menyimpan gulungan kitab, bukankah harusnya kita menemukan lebih banyak guci lain yang serupa?

Jadi, menurut Enigma, Baghdad Battery masih menyisakan banyak ruang bagi kita untuk berspekulasi. Mengenai kebenaran yang sesungguhnya, mungkin hanya waktu yang bisa menjawabnya.



Teknologi Baterai Pra Sejarah
BACA FULL»

Bukti Pesawat Pra Sejarah ?

Up 0 komentar
Ketika manusia melihat burung yang sedang terbang, pikiran mereka pun melayang dan mulai mencari cara untuk bisa terbang seperti itu. Proses berpikir ini mungkin telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Tetapi benarkah mereka yang hidup ribuan tahun yang lalu telah menemukan cara untuk membuat pesawat yang bisa membawa mereka terbang?

Ini adalah pertanyaan lainnya dari seorang pembaca mengenai sebuah "Ooparts" dari Mesir.

Tentu saja kita membutuhkan alat untuk bisa terbang seperti burung. Menurut sejarah yang kita ketahui, tahun 1783 adalah tahun pertama manusia bisa mengangkasa ketika dua orang Perancis, de Rozier dan d'Arlandes berhasil terbang dengan balon udara di atas kota Paris.

Lalu, teknologi kita mengalami lompatan ketika kita bukan hanya bisa melayang, melainkan benar-benar melaju terbang dengan kecepatan tinggi. Ini terjadi ketika Wright bersaudara menciptakan pesawat terbang dan berhasil terbang dengan selamat di atas Kitty Hawk pada tahun 1903.

Impian manusia untuk bisa terbang seperti burung akhirnya menjadi kenyataan.

Namun, mungkin sejarah kita tidak seperti yang kita ketahui selama ini. Sebagian orang sejak lama percaya kalau teknologi yang kita miliki sekarang sebenarnya tidak lebih hebat daripada teknologi nenek moyang kita, termasuk dalam hal Aerodinamika. Penemuan sebuah artefak di Mesir ini diklaim sebagai buktinya.

Pada tahun 1898, sebuah artefak kuno terbuat dari kayu sycamore ditemukan di sebuah makam di Saqqara, Mesir. Artefak ini diperkirakan berasal dari tahun 200 SM. Tetapi, apa yang menarik dari objek ini adalah kenyataan kalau ia memiliki bentuk seperti sebuah pesawat terbang atau pesawat layang.

Panjang objek ini sekitar 15 cm dengan rentang sayap 18 cm. Ia bahkan memiliki ekor seperti sebuah pesawat.

Ketika ditemukan, artefak ini kemudian dikatalogkan sebagai model seekor burung dan dibiarkan berdebu di ruang bawah tanah museum Kairo hingga tahun 1969 ketika ditemukan oleh Dr. Khalil Messiha. Copy artefak itu kemudian dipajang di Museum Kairo dan menarik perhatian para peneliti. Sejak itu, beberapa artefak serupa juga ditemukan kembali. Penemuan ini dianggap penting oleh pemerintah Mesir sehingga mereka membuat sebuah komite untuk menelitinya lebih lanjut.

Karena karakteristiknya yang berbentuk seperti itu, artefak ini kemudian disebut sebagai Saqqara Bird atau Saqqara Glider.
Pada tahun 1991, Dr.Messiha menerbitkan sebuah makalah berjudul "African Experimental Aeronautic: A 2.000 Years Old Model Glider" yang berisikan teorinya mengenai Saqqara Bird. Ia percaya kalau artefak ini adalah sebuah bukti yang tidak terbantahkan kalau bangsa Mesir Kuno telah memiliki teknologi aerodinamika.

Teori Dr.Messiha cukup menarik untuk disimak karena teori ini mendukung anggapan kalau pada masa lampau nenek moyang kita sesungguhnya telah memiliki teknologi yang cukup tinggi.

Kalau begitu, mungkinkah Saqqara Bird menunjukkan kalau bangsa Mesir kuno yang hidup ribuan tahun yang lalu telah memiliki teknologi aerodinamika seperti yang kita miliki di masa modern ini?

Menurut pendapat saya tidak.

Saya tidak mengatakan kalau bangsa Mesir kuno tidak memiliki teknologi tinggi. Yang ingin saya katakan adalah mendasarkan argumen tersebut dengan menggunakan Saqqara Bird adalah argumen yang cukup lemah.

Mari kita melihat artefak ini dengan pandangan yang lebih kritis.

Pertama, kita harus mengetahui kalau apa yang dipajang di Museum Kairo adalah sebuah replika dari artefak yang sebenarnya. Namun replika ini dibuat dengan akurasi tinggi sehingga boleh dibilang mencerminkan karakteristik artefak yang asli.

Jika melihat foto di atas, mungkin kalian akan percaya kalau artefak itu adalah sebuah model pesawat terbang karena kemiripannya yang luar biasa.

Tetapi tunggu dulu, saya akan mengajak kalian untuk melihat sisi yang lain dari artefak ini.

Jika kita hanya melihat kepada foto artefak ini dari satu sisi, maka kita akan dibuat percaya kalau artefak ini adalah sebuah model pesawat.

Sekarang coba lihat dari samping.

Lalu dari depan.

Apakah masih terlihat seperti pesawat bagi kalian?

Sayangnya, beberapa website memang hanya menampilkan foto artefak ini dari belakang sehingga menimbulkan kesan kalau artefak ini adalah sebuah model pesawat. Namun, ketika kita melihat adanya sepasang mata di kepalanya, kita akan segera teringat dengan seekor burung, bukan sebuah pesawat. Bahkan kalian bisa melihat paruhnya.

Jadi, kita tidak bisa menyalahkan para arkeolog ketika mereka menyebutnya sebagai "burung Saqqara".

Menurut para arkeolog, artefak ini sesungguhnya adalah model seekor burung Falcon. Burung ini memang biasa digunakan untuk mewakili beberapa dewa penting di Mesir seperti Horus dan Ra.

Namun, Dr.Messiha menolak anggapan kalau artefak itu adalah seekor burung karena menurutnya artefak tersebut tidak memiliki sepasang kaki dan ekor vertikal seperti itu.

Dr.Messiha lupa kalau artefak inipun tidak mencerminkan sebuah pesawat. Untuk bisa terbang, sebuah pesawat membutuhkan Tailplane (ekor melintang pada pesawat). Pada Saqqara Bird, Tailplane tidak ditemukan. Lagipula, saya juga tidak melihat adanya roda pesawat pada artefak itu.
Tailplane
Namun, Dr.Messiha tetap pada pendiriannya dengan menganggap kalau pada awal desainnya, artefak itu memiliki tailplane yang karena suatu sebab hilang entah kemana. Jadi, ia berusaha membuktikannya dengan menciptakan sebuah replika pesawat mirip dengan Saqqara Bird yang besarnya 6 kali model itu untuk diterbangkan. Kali ini, ia menambahkan tailplane untuk membuktikan teorinya.
"Saya sudah membuat sebuah model serupa dari kayu Balsa dan menambahkan Tailplane (yang saya anggap telah hilang) dan saya tidak terkejut ketika menemukan replika itu bisa melayang di udara hingga beberapa yard ketika dilempar dengan tangan"
Percobaan ini mungkin meneguhkan teorinya, namun, klaim Dr.Messiha ini dibantah oleh seorang desainer glider (pesawat layang) bernama Martin Gregorie yang membuat model yang sama, juga dari kayu Balsa. Menurut Martin, Saqqara Bird jelas tidak akan bisa stabil tanpa adanya Tailplane.
Replika Martin Gregorie
"Bahkan setelah Tailplane ditambahkan, kinerja Replika itu sangat mengecewakan" Kata Martin.
Martin menyimpulkan kalau Saqqara Bird mungkin hanyalah sebuah mainan anak-anak atau indikator angin, yang tentu saja bukan merupakan bukti kehebatan teknologi Mesir kuno.

Pada tahun 2006, History Channel juga pernah membuat sebuah dokumenter mengenai Saqqara Bird dimana mereka meminta pendapat seorang ahli aerodinamika bernama Simon Sanderson yang segera membuat replika Saqqara Bird dengan ukuran 5 kali lebih besar dari ukuran aslinya.

Sanderson kemudian mengujinya dalam sebuah simulator dan menemukan kalau Saqqara Bird memang bisa terbang dalam kondisi tertentu, namun ia membutuhkan rudder samping untuk terbang dengan benar.

Hasil eksperimen Sanderson cukup meneguhkan pendapat Martin Gregorie.

Jadi, dengan demikian kita bisa menyimpulkan kalau Saqqara Bird kemungkinan besar benar-benar model seekor burung.

Lagipula jika benar-benar bangsa Mesir kuno memiliki teknologi penerbangan, mengapa hal itu tidak tertulis di dalam catatan-catatan kuno mereka atau catatan kuno bangsa lain seperti Yunani?

Walaupun replika burung yang dibuat Dr.Messiha (yang kebetulan dibuat dari kayu Balsa - kayu paling ringan di dunia) bisa terbang, apakah itu membuktikan kalau bangsa Mesir kuno punya teknologi pesawat terbang? Bisa saja itu cuma membuktikan kalau bangsa Mesir adalah pembuat mainan yang hebat.

Jika Dr.Messiha bisa mempercayai kalau artefak itu adalah model sebuah pesawat terbang yang tidak sempurna, mengapa ia tidak bisa mempercayai kalau artefak itu adalah model seekor burung yang tidak sempurna?



Bukti Pesawat Pra Sejarah ?
BACA FULL»

7 Orang Bodoh Tersukses Di Dunia

Up 0 komentar
1. ADAM KHOO

Dia orang Singapura. Waktu kecil, ia adalah penggemar berat games dan TV. Sehari, ia bisa berjam-jam di depan TV. Baik main PS atau nonton TV.

Adam Khoo pun dikenal sebagai anak bodoh. Ketika kelas empat SD, Ia dikeluarkan dari sekolah. Ia pun masuk ke SD terburuk di Singapura. Ketika akan masuk SMP, ia ditolak oleh enam SMP terbaik di sana. Akhirnya, ia bisa masuk ke SMP terburuk di Singapura. Begitu terpuruknya prestasi akademisnya, tapi lama kelamaan membaik justru karena cemoohan teman-temannya, hingga akhirnya memperoleh kesuksesan di dunia bisnis.

Prestasi Adam di dunia bisnis ditandai pada saat Adam berusia 26 tahun. Ia telah memiliki empat bisnis dengan total nilai omset per tahun US$ 20 juta.

Kisah bisnis Adam dimulai ketika ia berusia 15 tahun. Ia berbisnis music box. Bisnis berikutnya adalah bisnis training dan seminar. Pada usia 22 tahun, Adam Khoo adalah trainer tingkat nasional di Singapura. Klien-kliennya adalah para manager dan top manager perusahaan-perusahaan di Singapura. Bayarannya mencapai US$ 10.000 per jam.

2.ALBERT ENSTEIN
Siapa yang belum tahu Albert Einstein? Dialah Ilmuwan terkenal abad 20 yang terkenal dengan teori relativitasnya. Dia juga salah satu peraih Nobel. Siapa sangka dia adalah seorang anak yang terlambat berbicara dan juga mengidap Autisme. Waktu kecil dia juga suka lalai dengan pelajaran.

3.ARISTOTLE ONASSIS
Di sekolah, ia bodoh dan suka mencari perkara, mengikuti contoh banyak orang kaya. Tidak aneh kalau ia diusir dari beberapa sekolah. Ia paling sering menduduki ranking terbawah di kelasnya.

Teman-teman sekelas memuja dia, tetapi guru guru dan keluarganya berputus asa. Selagi ia masih muda, dengan mudah orang dapat melihat bahwa dia akan menjadi seorang di antara mereka yang akan menghancurkan diri sama sekali atau sukses secara gilang-gemilang. Walaupun raportnya di sekolah jauh dari bagus, bakatnya untuk berdagang dan mencari uang telah tampak sejak dini. Akhirnya dia menjadi seorang milyuner.

4.THOMAS ALVA EDISON
Suatu hari, seorang bocah berusia 4 tahun, agak tuli dan bodoh di sekolah, pulang ke rumahnya membawa secarik kertas dari gurunya. ibunya membaca kertas tersebut,

Tommy, anak ibu, sangat bodoh. kami minta ibu untuk mengeluarkannya dari sekolah.

Sang ibu terhenyak membaca surat ini, namun ia segera membuat tekad yang teguh, " anak saya Tommy, bukan anak bodoh. saya sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia."

Tommy kecil adalah Thomas Alva Edison yang kita kenal sekarang, salah satu penemu terbesar di dunia. dia hanya bersekolah sekitar 3 bulan, dan secara fisik agak tuli, namun itu semua ternyata bukan penghalang untuk terus maju.

Siapa yang sebelumnya menyangka bahwa bocah tuli yang bodoh sampai-sampai diminta keluar dari sekolah, akhirnya bisa menjadi seorang genius? jawabannya adalah ibunya! Ya, Nancy Edison, ibu dari Thomas Alva Edison, tidak menyerah begitu saja dengan pendapat pihak sekolah terhadap anaknya.

5.CHRIS GARDNER
Sudah pernah nonton film atau baca buku Pursuit of Happyness ? Itulah kisah nyata kehidupan Christoper Paul Gardner yang diperankan oleh Will Smith. Pahit manisnya kehidupan tampaknya sudah dirasakan olenya. Kehilangan tempat tinggal, ditinggal istri, ditangkap polisi, kesulitan membayar kredit, semuanya sudah dirasakan. Dia bukanlah orang berpendidikan tinggi tapi dia terus berusaha dan berjuang, Kini dia menjadi seorang milyuner sukses, motivator, entrepeneur dan filantropis. Sekarang dia mempunyai Gardner Rich & Co, sebuah perusahaan pialang saham.

6.LUDWIG VAN BEETHOVEN
Jika anda mengenal seorang wanita yang sedang hamil, yang telah mempunyai 8 anak, tiga diantaranya tuli, dua buta, satu mengalami gangguan mental dan wanita itu sendiri mengidap sipilis, apakah anda akan menyarankannya untuk menggugurkan kandungannya? Jika anda menjawab ya, maka anda baru saja membunuh salah satu komponis masyur dunia. Karena anak yang dikandung oleh sang ibu tersebut adalah Ludwig Van Beethoven. Ketika Beethoven berumur di ujung dua puluhan, tanda-tanda ketuliannya mulai tampak, tapi akhirnya ia menjadi Komponis yang terkenal dengan karya 9 simfoni, 32 sonata piano, 5 piano concerto, 10 sonata untuk piano dan biola, serangkaian kuartet gesek yang menakjubkan, musik vokal, musik teater, dan banyak lagi.

7.LOUIS BRAILLE
Louis Braille mengalami kerusakan pada salah satu matanya ketika berusia 3 tahun. Waktu itu secara tidak sengaja dia menikam matanya sendiri dengan alat pembuat lubang dari perkakas kerja ayahnya. Kemudian mata yang satunya terkena sympathetic ophthalmia, sejenis infeksi yang terjadi karena kerusakan mata yang lainnya. Kebutaan tidak membuatnya putus asa, ia menciptakan abjad Braille yang membantu orang buta juga bisa membaca. Sekarang siapa yang tidak tahu Abjad Braille?

7 Orang Bodoh Tersukses Di Dunia
BACA FULL»

Seorang profesor mengklaim menemukan petunjuk lokasi harta karun suku Maya seberat 8 ton pada Dresden Codex

Up 0 komentar
Kita selalu takjub dengan petualangan memburu harta karun seperti yang digambarkan dalam film Indiana Jones atau National Treasure. Tetapi bagi Joachim Rittsteig, petualangan yang sesungguhnya baru akan dimulai karena ia mengklaim telah berhasil menemukan sebuah petunjuk yang mengarah kepada lokasi harta karun suku Maya. Ia menemukan petunjuk itu di dalam Dresden Codex yang telah berusia ratusan tahun.
Perlu dicatat kalau Joachim bukanlah seorang pengkhayal yang terlalu banyak menonton film petualangan. Ia adalah seorang profesor Emeritus di universitas Dresden yang telah mempelajari kebudayaan suku Maya selama 40 tahun. Ia juga ahli bahasa suku Maya dan salah satu objek penelitiannya adalah Dresden Codex yang berisi catatan-catatan mengenai kebudayaan suku Maya.

Joachim percaya kalau pada Codex itu tersembunyi harta karun berupa emas murni seberat 8 ton. Bukan itu saja, Joachim mengklaim mengetahui lokasi persembunyian harta tersebut, yaitu di dasar danau Izabal.

Dresden Codex atau Codex Dresdensis sendiri adalah satu dari empat dokumen utama yang masih tersisa dari kebudayaan Maya. Dokumen ini pertama kali ditulis oleh para pendeta suku Maya pada tahun 1250 Masehi. Dokumen ini memiliki 74 halaman dengan 74 hieroglyps yang berbeda. Jika direntangkan, panjangnya mencapai 3,56 meter. Para ahli percaya kalau dokumen ini adalah dokumen tertua yang pernah ditulis di benua Amerika.
Dresden codex ditulis diatas kertas yang terbuat dari batang pohon ara dan ditulis oleh delapan penulis yang memiliki gaya tulisan yang berbeda-beda. Masing-masing dari mereka juga membahas subjek yang berbeda pula.

Ada bahasan mengenai astronomi yang memuat tabel Venus dan Bulan dengan akurasi yang luar biasa. Tabel bulan itu memiliki interval yang berkolerasi dengan gerhana. Sedangkan tabel Venus berkorelasi dengan pergerakan planet itu di angkasa.
Di dalamnya juga ada almanak, tabel astrologi, informasi mengenai musim-musim, banjir, penyakit, pengobatan, referensi keagamaan dan saran mengenai waktu bercocok tanam.

Selain itu, codex ini jugalah yang dianggap banyak orang telah memprediksikan kehancuran bumi pada tahun 2012 karena pada bagian akhirnya diceritakan mengenai bumi yang tenggelam oleh air yang keluar dari mulut naga.
Pertama kali Codex ini dikenal masyarakat luas adalah pada tahun 1739 ketika Johann Christian Gotze, direktur Royal Library di Dresden, membelinya dari kolektor pribadi di Wina, Austria. Bagaimana awalnya Codex itu bisa berada di Wina tidak diketahui dengan pasti. Namun ada spekulasi yang menyebutkan kalau Codex itu mungkin telah dihadiahkan oleh Hernando Cortes kepada Charles I, Raja Spanyol pada waktu itu.

Seperti yang kita ketahui, Hernando Cortes adalah penakluk Spanyol yang berhasil menguasai sebagian besar wilayah Mexico pada awal abad ke-16, termasuk kerajaan Aztec yang berhasil dilumpuhkannya pada tahun 1521.

Setelah diperoleh oleh Gotze, pada tahun 1744, Codex itu diberikan kepada Royal Library di Dresden yang kemudian memamerkannya untuk pertama kali pada tahun 1848.

Pada perang dunia II, codex itu mengalami kerusakan serius akibat pengeboman. Dua belas halamannya rusak dan bagian-bagian lainnya hancur. Namun, usaha restorasi yang terus menerus berhasil memulihkannya sehingga bisa dipelajari hingga kini.

Siapa sangka, dokumen yang awalnya hanya dianggap bernilai sejarah ini ternyata mengandung petunjuk mengenai harta karun yang sangat berharga.
"Codex Dresden memiliki petunjuk yang mengarah kepada delapan ton emas murni." Kata Joachim Rittsteig.
Dengan disponsori oleh surat kabar Bild dari Jerman, Ia telah menyiapkan sebuah ekspedisi menuju danau Izabal, tempat yang dipercayainya menyimpan harta karun tersebut.
Joachim Rittsteig
Menurut Rittsteig, halaman 52 pada codex tersebut menyebutkan mengenai sebuah kota suku Maya yang bernama Atlan yang hancur oleh gempa bumi pada tanggal 30 Oktober tahun 666 sebelum Masehi. Di kota ini, mereka menyimpan 2.156 batangan emas yang dipermukaannya terukir hukum-hukum suku Maya. Ketika kota itu hancur oleh gempa, emas-emas itu ikut tenggelam ke dalam danau Izabal yang berada di timur Guetamala.


Citra Satelit danau Izabal
Rittsteig mengklaim telah berhasil menemukan reruntuhan kota Atlan dengan citra radar yang diambil di daerah tersebut. Diperkirakan seluruh batangan emas itu bernilai sekitar 290 juta dolar Amerika. Ini jumlah yang sangat besar, bahkan untuk ukuran saat ini. Jika harta ini ditemukan, dipastikan kalau nilai sejarahnya akan jauh lebih berharga dibanding nilai materinya.

Selain masalah harta, ada satu hal lagi yang menarik dari perkataan Rittsteig. Kalian mungkin memperhatikan kalau nama kota suku Maya yang hancur oleh gempa bumi tersebut adalah Atlan.

Teringat dengan sesuatu?

Ya, Atlantis yang juga hancur oleh gempa bumi sekitar tahun 10.000 sebelum Masehi. Tentu saja yang membedakan kedua kota itu adalah rentang waktu kehancuran yang sangat jauh, hampir 9.000 tahun.
Jika kita tidak bisa menemukan Atlantis yang misterius itu, mungkin kita masih bisa menemukan kota Atlan yang penuh dengan batangan emas. Dan saya kira itu pun akan menjadi sesuatu yang sangat menarik.

Jadi, kita menunggu kabar darimu Prof. Rittsteig!

Notes: Pada Media Jerman, nama belakang Joachim ditulis "Rittstieg", bukan "Rittsteig"



Source, Source2
Seorang profesor mengklaim menemukan petunjuk lokasi harta karun suku Maya seberat 8 ton pada Dresden Codex
BACA FULL»