Kisah Richard Parker - Premonition atau Kebetulan yang luar biasa?

Up 0 komentar
Premonition, secara sederhana berarti: Firasat akan terjadinya sesuatu. Kadang, istilah ini juga disamakan dengan Precognition. Biarkan saya memberikan sebuah contoh yang mungkin belum pernah kalian dengar. Ini kisah singkat mengenai seorang pemuda bernama Richard Parker.


Orang yang percaya dengan hal-hal supranatural akan menyebutnya premonition. Tetapi, mereka yang skeptis akan menyebutnya kebetulan, walaupun kebetulan itu sangat luar biasa. Apakah kisah di bawah ini merupakan contoh dari premonition ataukah hanya sekedar kebetulan, kalianlah yang menentukan.

Pada tahun 1838, Edgar Allan Poe, seorang master dalam novel misteri dan horor menerbitkan sebuah novel yang berjudul The Narrative of Arthur Gordon Pym of Nantucket.

Novel ini mendapatkan banyak kritikan dan dianggap sebagai buku yang tidak bermutu. Saking banyaknya kritikan, Poe sendiri akhirnya setuju dengan para kritikus dan menyebut novelnya sendiri dengan kalimat "a very silly book".

Tokoh utama dalam novel tersebut bernama Arthur Gordon Pym yang berlayar bersama rekan-rekannya dengan sebuah kapal penangkap ikan paus bernama Grampus.

Suatu hari terjadi pemberontakan di dalam kapal dimana sebagian besar awak dibunuh.

Pym bersama dua rekannya bernama Dirk Peters dan Augustus yang tidak ikut dibantai lalu menyusun rencana untuk merebut kembali kapal tersebut.

Usaha mereka berhasil. Sekarang mereka bertiga adalah pemimpin kapal Grampus. Para pemberontak yang ditaklukkan kemudian dibunuh atau dilempar kelaut.


Namun, mereka memutuskan untuk mengampuni satu orang yang bernama Richard Parker supaya bisa membantu mereka di atas kapal.

Setelah berlayar beberapa lama, persediaan makanan dan air mulai habis. Dalam beberapa hari, mereka mulai menderita kelaparan dan kehausan. Lalu, empat orang ini mengambil sebuah keputusan yang mengerikan.

Salah seorang dari mereka harus dikorbankan!
Tentu saja, yang dimaksud dengan dikorbankan adalah dibunuh untuk dimakan.

Jadi, mereka mengadakan undian, dan hasilnya menunjukkan kalau Richard Parker harus mati.

Lalu, mereka bertiga membunuh Richard yang malang dan bertahan hidup dengan memakan dagingnya.

Nah, ada sesuatu yang menarik dari novel ini. Poe mengklaim kalau novel ini terinsipirasi oleh peristiwa-peristiwa nyata.

Klaim ini ternyata tidak salah sepenuhnya, tetapi masalahnya adalah, peristiwa yang sesungguhnya baru terjadi hampir setengah abad kemudian.

Pada tahun 1884, sebuah kapal bernama Mignonette berlayar dari pelabuhan Southampton menuju Australia. Kapal itu dipimpin oleh kapten Tom Dudley dengan dua awak senior bersama seorang remaja yang baru berusia 17 tahun yang diperbantukan sebagai Cabin Boy.

Ketika mereka telah berada di lautan lepas, badai atlantik selatan menghantam. Tidak ada kapal yang lewat dan mereka berada 1.600 mil jauhnya dari daratan. Sebuah ombak besar datang dan segera menenggelamkan Mignonette.

Empat penumpangnya berhasil lolos dengan menggunakan sebuah sekoci. Sayangnya, mereka tidak berhasil membawa persediaan makanan dan air yang cukup selain dua kaleng kecil lobak.

Selama sembilan belas hari berikutnya, mereka mengapung dengan memakan lobak itu bersama-sama. Namun, tidak butuh waktu lama sebelum keputusasaan menjalar.

Sang remaja yang kehausan malah meminum air laut yang menyebabkannya kehilangan kesadaran.

Melihat peristiwa ini, kapten Dudley kemudian membicarakan sebuah ide bersama rekan-rekan lainnya.

Sesuatu harus dilakukan untuk mempertahankan hidup.

Ya, seseorang harus dikorbankan untuk menjadi makanan bagi yang lain. Jadi, kapten Dudley mengusulkan untuk segera mengadakan undian.

Sekonyong-konyong, sebuah pikiran merasuk ke dalam benaknya. Sepertinya, ada ide yang lebih baik ketimbang mengadakan undian. Kapten melihat ke arah remaja yang tergeletak tanpa sadar dan mengajak kedua rekannya untuk membunuh remaja itu.

Dua rekannya yang lain menganggap itu bukan ide yang baik, namun, kelaparan, kehausan dan keinginan untuk bertahan hidup menyingkirkan semua keraguan di kepala mereka.

Kemudian, mereka bertiga berlutut dan berdoa.

Kapten Dudley menyentuh pundak remaja itu dan berkata: "Anakku, waktumu telah tiba."

Lalu, mereka membunuhnya dan mulai memakan mayatnya.

Dengan memakan mayat itu, mereka berhasil bertahan hidup hingga 35 hari berikutnya sampai mereka diselamatkan oleh sebuah kapal lain yang lewat.

Ironisnya, nama kapal yang menyelamatkan mereka adalah SS Montezuma, yang diambil dari nama seorang raja Aztec yang kanibal.

Sepertinya, Kanibalisme telah menyelamatkan mereka sebanyak dua kali.

Sesudah diselamatkan, mereka bertiga mengakui perbuatannya dan pengadilan Victoria menjatuhkan hukuman enam bulan kerja paksa.

Sampai sini, kalian akan berpikir, Memang ada kesamaan, tetapi tidak terlalu luar biasa sehingga bisa saja disebut sebagai sebuah kebetulan. Naluri bertahan hidup mungkin akan membuat semua orang melakukan hal yang sama.

Benar, sampai disini, cerita ini biasa saja, walaupun memiliki kesamaan cukup menakjubkan dengan kisah dalam novel Poe. Tetapi yang membuatnya menjadi lebih aneh adalah, nama remaja yang dibunuh dan dimakan oleh kapten Dudley dan rekan-rekannya adalah: Richard Parker!

Sama dengan nama awak kapal yang dibunuh dan dimakan di novel Poe!
Seakan-akan, Poe mengalami premonition yang kemudian dituangkan ke dalam novelnya.

Jika semua ini hanyalah sebuah kebetulan, menurut kalian, berapakah persentase kemungkinan terjadinya kebetulan ini?

Hmm, terlalu kebetulan, bahkan untuk sebuah kebetulan!
Seperti yang saya katakan, penjelasan untuk peristiwa ini sangat tergantung dengan apa yang kalian percayai.

Kapten Tom Dudley menjalani hidup dengan rasa malu hingga akhir hayatnya. Penduduk lokal mengenalnya dengan sebutan Cannibal Tom.

Walaupun sisa-sisa tubuh Richard Parker dibuang ke laut oleh ketiga rekannya, sebuah nisan dibangun untuknya di Woolston, Southampton. Konon, kapten Dudley telah membayar satu keluarga lokal untuk merawat nisan tersebut.

Ini yang tertulis di atasnya:

To the memory of Richard Parker Aged 17 who died at sea July 25th 1884 after nineteen days dreadful suffering in the open boat in the tropics having been wrecked in the yacht Mignonette

Though He slay me yet I trust in Him.

JOB 13:15

Lord, lay not this sin to their charge

ACTS 11.60



Via
BACA FULL»

Bisakah sebuah mesin memprediksikan peristiwa masa depan?

Up 0 komentar
Apakah kita bisa mempengaruhi sebuah mesin dengan kekuatan pikiran kita? Sejumlah ilmuwan dari berbagai negara percaya kalau jawabannya adalah ya. Hasil dari keyakinan ini adalah sebuah mesin yang bernama Random Event Generator yang bahkan mampu melakukan sesuatu yang tidak diduga sebelumnya, yaitu meramalkan terjadinya sebuah peristiwa besar seperti serangan 11 September.



Awalnya, Random Event Generator atau REG dikembangkan bukan untuk meramal. Kemampuan itu ditemukan tanpa sengaja ketika para peneliti mencoba untuk melihat efek pikiran populasi dunia terhadap mesin tersebut.
 
Walaupun terdengar seperti sebuah pandangan mistik, ide untuk melakukan eksperimen ini datang langsung dari seorang peneliti Princeton University bernama Dr.Roger Nelson. Dr.Nelson sendiri adalah seorang ahli psikologi eksperimental di universitas ternama itu.

Pada pertengahan tahun 1990an, ia memulai eksperimen ini dengan hipotesis kalau proses berpikir setiap orang di planet ini akan membentuk sebuah "kesadaran global" yang dapat berinteraksi dengan sebuah perangkat keras sehingga bisa mempengaruhi output perangkat tersebut. Sebagian orang menyebut "kesadaran global" ini dengan julukan "pikiran Tuhan".

Dr.Nelson mendapatkan inspirasinya dari penelitian Prof. Robert Jahn (Juga dari Princeton University) yang pada tahun 70an telah melakukan penelitian untuk mengetahui apakah pikiran manusia bisa mempengaruhi sebuah mesin.

Bedanya, Dr.Jahn melakukan eksperimen ini dalam skala mikro. Ia meminta beberapa sukarelawan untuk memproyeksikan pikiran mereka ke sebuah mesin yang secara terus menerus mengeluarkan output berupa angka nol dan satu. Hasilnya cukup mengejutkan. Output yang dihasilkan oleh mesin mengalami anomali sehingga Prof.Jahn menyimpulkan kalau pikiran manusia memang bisa mempengaruhi sebuah sistem fisik seperti mesin.

Dr.Nelson yang terinspirasi kemudian mencoba untuk menerapkan eksperimen ini dalam skala yang lebih besar. Lalu ia membuat sebuah mesin atau "kotak hitam" yang juga menghasilkan output berupa angka nol dan satu secara acak. Mesin ini dipasang di berbagai negara dan terhubung dengan sebuah server di Laboratoriumnya di Princeton.
Jika mesin itu tidak mendapatkan pengaruh dari luar, maka output yang dihasilkan tidak akan berubah, dengan kata lain tetap acak. Walaupun acak, hukum probabilitas akan menyebabkan mesin itu mengeluarkan angka nol dan satu yang hampir sama banyak sehingga grafik yang dihasilkan hanya berupa garis lurus.

Namun, ketika kesadaran global muncul, mungkin akibat terjadinya sebuah peristiwa besar, output yang dihasilkan tidak akan acak lagi. Misalnya, angka satu mungkin akan lebih sering muncul sehingga menghasilkan sebuah lonjakan tajam di dalam grafik (spike).

Jadi, Dr.Nelson hanya perlu memperhatikan lonjakan tersebut dan melihat korelasinya dengan peristiwa nyata yang sedang terjadi di dunia.

Perlu diingat kalau mesin ini tidak memiliki sensor untuk menangkap sinyal ataupun gelombang apapun dan benar-benar dibuat hanya untuk melihat apakah pikiran manusia yang abstrak mampu mempengaruhi sebuah benda fisik.

Awalnya, Dr.Nelson hanya memiliki 40 mesin REG di seluruh dunia yang terhubung dengan server di Princeton. Mesin-mesin ini terus menghasilkan jutaan output secara konstan, kebanyakan hanya terlihat seperti garis lurus.

Lalu, pada tanggal 6 September 1997, sesuatu terjadi!

Output mesin REG-nya menghasilkan sebuah spike. Kebetulan, pada hari itu, sekitar satu milyar penduduk dunia sedang menyaksikan secara langsung pemakaman putri Diana lewat televisi. Jadi, diasumsikan kalau sebuah perubahan dalam emosi global telah tercipta dan mempengaruhi output mesin REG.

Dr.Nelson takjub!

Apa yang disaksikannya mungkin telah meneguhkan hipotesisnya.

Melihat hasil yang luar biasa ini, ia memutuskan untuk meminta bantuan dari rekan-rekan penelitinya. Karena itu, pada tahun 1998, ia mengumpulkan sekitar 100 ilmuwan dari seluruh dunia dan memulai sebuah eksperimen yang disebutnya Global Conciousness Project (GCP, yang kadang juga disebut sebagai EGG Project).

Proyek ini mendapat dukungan penuh dari Institute of Noetic Sciences, sebuah organisasi yang pernah disinggung Dan Brown dalam Novelnya, The Lost Symbol.

Mengenai tujuan dari eksperimen ini, Roger Nelson menyatakan kalau eksperimen ini dapat memberikan "Sebuah pemahaman yang sangat penting mengenai perilaku manusia dalam skala yang lebih besar yang berpotensi untuk membantu kita membentuk masa depan yang lebih baik dan kredibel."

Setelah Global Conciousness Project dibentuk, paling tidak terdapat 65 tempat di seluruh dunia yang menampung mesin REG yang hasilnya terus ditransmisikan ke Princeton.

Selama esperimen berlangsung, para peneliti terkagum-kagum ketika menemukan mesin REG tersebut berhasil "merasakan" peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di seluruh dunia.

Ketika malam tahun baru tiba, mesin itu akan menghasilkan spike, menunjukkan kalau ia merasakan sukacita yang terjadi di seluruh dunia.

Ketika pasukan NATO menyerang Yugoslavia dengan serangan bom, spike kembali muncul.

Begitu juga ketika kapal selam Kursk milik Rusia tenggelam, ketika terjadi sengketa hasil pemilu Amerika Serikat tahun 2000 dan ketika Barack Obama terpilih menjadi presiden.

Tentu saja, ketika Roger Nelson pertama kali meneliti fenomena ini, ia hanya berasumsi kalau output mesin itu akan berubah ketika sebuah kesadaran global terbentuk akibat peristiwa yang telah terjadi.

Namun, pada tanggal 11 September 2001, ia menemukan sebuah misteri yang cukup mengejutkan.

Mesin itu ternyata bisa "merasakan" sebuah peristiwa besar beberapa jam sebelum terjadi!

Dengan kata lain, mesin itu meramalkan terjadinya peristiwa tersebut.

Seperti yang kita ketahui bersama, pada tanggal 11 September 2001, menara kembar WTC dan Pentagon di Amerika Serikat diserang dan korban tewas diperkirakan mencapai 3.000 orang.

Empat jam sebelum serangan tersebut, mesin REG menunjukkan sebuah spike!
Bukan hanya itu, pada bulan Desember 2004, mesin itu kembali menjadi liar. Spike bermunculan di grafik yang dihasilkannya. 24 jam kemudian, sebuah gempa besar terjadi di samudera Hindia yang kemudian menyebabkan tsunami Asia yang membunuh seperempat juta orang.

Hasil ini mengejutkan karena mungkin mesin ini telah mengkonfirmasikan teori mengenai kemampuan precognitive (mengetahui apa yang akan terjadi) manusia! Sebagian peneliti memang percaya kalau pikiran bawah sadar manusia sebenarnya mampu "merasakan" peristiwa yang akan terjadi.

Dengan demikian, ada dua pertanyaan yang berusaha dijawab oleh eksperimen ini.

Pertama, Apakah pikiran (kolektif) manusia mampu mempengaruhi sebuah benda fisik (Mind over matter)?

Dan kedua, Apakah manusia benar-benar memiliki kemampuan untuk mengetahui peristiwa yang akan terjadi?

Tentu saja, kedua pertanyaan ini akan sangat sulit dijawab karena selama ini para ilmuwan lebih sering menolak untuk terlibat dalam dua hal tersebut.

Menurut Dr.Nelson:
"Hal ini benar-benar membuat kami terheran-heran. Kami sedang berada dalam proses untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya sedang terjadi disini. Sekarang, kami seperti sedang menusuk di dalam kegelapan."

"Jika melakukan kesalahan, kami sangat bersedia dikoreksi. Namun sampai saat ini kami belum menemukan satupun. Demikian juga dengan orang lain."
Mengenai pertanyaan pertama, Mark Pilkington, seorang jurnalis untuk majalah Fortean Times berkata: "Otak manusia sebenarnya mirip dengan peralatan listrik. Jadi wajar saja kalau ia bisa mempengaruhi medan magnet atau peralatan listrik lainnya."

Prof.Chris French, seorang psikolog di Goldsmith College di London juga setuju.
"Global Consciousness Project telah memberikan hasil yang menarik yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Saya sendiri sedang terlibat dalam eksperimen serupa dan saya ingin melihat apakah saya mendapatkan hasil yang sama."
Pernyataan ini cukup menarik mengingat Prof.French adalah seorang skeptis.

Mengenai kemampuan REG untuk meramal, ia berkata; "Anehnya, tidak ada satupun hukum fisika yang menolak kemungkinan melihat masa depan."

Tetapi, tidak semua peneliti sependapat. Ada yang menganggap kalau Dr.Nelson telah memilah-milah data dan hanya melihat data yang diinginkannya. Efek ini disebut Confirmation Bias dan memang biasa terjadi, terutama dalam kasus ramal-meramal.

Dalam kasus peristiwa 11 September, beberapa hari sebelum peristiwa tersebut terjadi, grafik di REG sebenarnya menunjukkan adanya fluktuasi serupa. Namun fluktuasi ini tidak disinggung oleh Dr.Nelson karena pada hari itu tidak terjadi sesuatu yang istimewa. Hal inilah yang dianggap sebagai bias bagi para skeptis yang menolak hasil eksperimen ini.

Lagipula, jika memang mesin itu bisa menangkap perubahan-perubahan dalam pikiran umat manusia, mengapa banyak peristiwa besar di dunia tidak bisa "dirasakan" oleh mesin tersebut?

Roger Nelson juga mengakui kurangnya bukti untuk mendukung hipotesisnya.
"Saya ingin menegaskan kembali kalau saya suka dengan ide mengenai kesadaran global. Namun ide ini memang masih sebatas spekulasi. Saya tidak ingin mengklaim kalau statistik dan grafik yang dihasilkan adalah bukti adanya kesadaran global. Namun, di pihak lain, kami memiliki bukti kuat kalau terjadi anomali pada data yang seharusnya acak. Anomali ini memiliki korelasi dengan ekspektasi orang-orang mengenai sebuah peristiwa yang penting baginya."
Bagaimanapun juga Dr.Nelson tetap optimis, namun tidak untuk jangka pendek.
"Mungkin kami bisa memprediksikan sebuah peristiwa besar yang akan terjadi. Namun kami tidak bisa mengetahui dengan pasti apa dan dimana peristiwa itu akan terjadi."
"Dengan kata lain - kami belum memiliki mesin yang bisa kami jual ke CIA."
Dr.Nelson kemudian memberikan sedikit filosofi mengenai eksperimen ini.
"Kita selalu diajarkan untuk menjadi monster yang individualistik. Kita didorong oleh lingkungan kita untuk memisahkan diri dari yang lainnya. Hal itu tidak baik."

"Ada kemungkinan kalau kita sebagai manusia sebenarnya terhubung dengan yang lainnya lebih erat daripada yang kita sadari."
Benar sekali.
Namun, untuk membuktikan keberadaan "kesadaran global" yang bisa mempengaruhi sebuah mesin atau meramal peristiwa masa depan, mungkin kita masih butuh waktu dan penelitian yang lebih panjang. Dan untuk itu kita bersyukur untuk peneliti seperti Dr.Roger Nelson.



Via
BACA FULL»

Pesawat hitam misterius terlihat di Carolina Selatan

Up 0 komentar
Greenville, Carolina Selatan, Amerika Serikat, seorang pria memotret pesawat misterius di atas langit Greenville.


"pukul 12.30 siang, aku sedang melihat badai dan kilat yang menghampiri wilayah rumahku. Aku memegang kamera berharap untuk mendapatkan beberapa foto petir yang bagus." Kata pria itu. Identitasnya tidak diungkapkan. Ia mengirim foto tersebut kepada para peneliti UFO dengan menyebut identitasnya sebagai thunderstorm.

Bukannya melihat petir yang bagus, malahan pria itu melihat sebuah pesawat aneh datang dari arah barat laut menuju selatan. "Aku tidak mendengar suara mesin pesawat, namun aku tidak bisa memastikannya karena suara petir begitu kencang." katanya lagi. "Pikirku mungkin ini adalah pesawat militer model baru."

Pria itu segera mengambil foto pesawat itu dan ia berhasil mendapatkan tiga foto. Ia menggunakan kamera Minolta Z5.
Pesawat yang terlihat di foto-foto tersebut memiliki bentuk yang lebih mirip pesawat militer stealth dibandingkan dengan UFO pada umumnya. Para skeptis mengungkapkan teori bahwa pesawat di foto tersebut dapat dengan mudah dibuat dengan tool polygon pada photoshop. Namun penyelidikan yang lebih seksama menunjukkan bahwa pesawat dalam foto tersebut memiliki karakteristik tiga dimensi. Ini menunjukkan dua kemungkinan, pertama apabila dipalsukan, berarti objek tersebut dibuat dengan menggunakan software pembuat objek 3D, bukan dengan photoshop. Dan kemungkinan kedua, foto tersebut tidak dipalsukan.

Mereka yang mempercayai keaslian foto tersebut percaya bahwa mereka sedang melihat pesawat militer super rahasia milik angkatan udara Amerika Serikat, yaitu AURORA.

Keberadaan Aurora diketahui publik pertama kali ketika Amerika serikat mengajukan anggaran pertahanan negara pada tahun 1985. Dalam anggaran itu disebutkan adanya permintaan dana sebesar 455 juta dolar untuk membuat pesawat hitam. Dalam permintaan tersebut tidak disebutkan mengenai "riset", melainkan "produksi". Hal ini mengindikasikan satu hal, Amerika memiliki teknologi pembuatannya. Aurora disebut mampu terbang dengan kecepatan 5-6 kali kecepatan suara (sekitar 3.300-4000 mph). Pesawat ini bahkan dikabarkan mampu terbang ke luar angkasa. Tidak heran banyak yang berspekulasi bahwa pemerintah Amerika mendapat teknologi pesawat ini dari para alien yang ditahan di Area 51. Saking rahasianya pesawat ini, hampir tidak pernah ada orang yang menyaksikan keberadaannya secara utuh. Inilah perkiraan bentuk pesawat Aurora :
Jadi apakah objek di Greenville itu UFO ? Aurora ? atau pesawat rahasia yang baru dari Amerika ?


Via
BACA FULL»

Kisah Perjumpaan Manusia Dengan Koloni Alien di Italia

Up 0 komentar
Sebenarnya, saya tidak begitu menyukai misteri tentang UFO. Saya lebih menyukai misteri Kriptozologi. Namun, UFO adalah sebuah misteri yang tidak bisa disangkal paling banyak menimbulkan kontroversi.


Apakah kita, umat manusia hanya sendirian di alam semesta yang begitu luas ? Saya mendengar berita bahwa pemerintah Perancis akan segera mengungkapkan dokumen rahasia keberadaan alien di tengah manusia. Sebelum pengungkapan itu tiba, simaklah kisah ini yang berasal dari sebuah buku berjudul "Mass Contact", kisah perjumpaan sekelompok manusia dengan koloni alien di Italia. Kisah para "Men in Black" di dunia nyata.

Buku ini dirilis di Italia beberapa tahun yang lalu dan pada tahun 2009 ini versi bahasa Inggrisnya dirilis di Amerika. Buku berjudul "Contattismi di Massa" atau "Mass contact" ini ditulis oleh Stefano Breccia, seorang ufolog yang terkenal dari Italia dengan latar belakang insinyur kelistrikan dan pernah menjadi dosen di Universitas-universitas Italia dan luar Italia. Buku ini menceritakan kisah luar biasa tentang adanya sebuah koloni alien yang menghuni markas rahasia di bawah tanah Italia. Koloni ini menjalin hubungan dengan warga Italia dari tahun 1956 hingga 1978.

Breccia telah menyelidiki kisah ini selama beberapa dekade dimana dalam penyelidikannya ia menemui para saksi utama yang langsung berhubungan dengan para alien tersebut, termasuk Bruno Sammaciccia, seorang ilmuwan Italia yang terkenal dengan gelar dibidang psikologi dan telah menulis lebih dari 160 buku.

Sammaciccia mengatakan bahwa ia mengalami perjumpaan fisik dengan ekstra terestrial selama beberapa dekade. Seorang ufolog terkemuka Italia bernama Dr. Roberto Pinotti yang menulis kata pengantar buku ini menyatakan bahwa ia secara pribadi mengetahui kisah persahabatan antara Sammaciccia dengan para alien. Buku ini kedengarannya seperti dongeng atau sebuah episode dari film science fiction. Namun penulis buku ini melampirkan bukti-bukti yang cukup meyakinkan.

Beberapa foto yang diambil dengan objek berupa UFO dan ekstra terestrial termasuk yang berkualitas terbaik. Saksi yang dikatakan terlibat dalam buku ini termasuk tokoh-tokoh terkemuka dari Italia dan Eropa. Dan dokumentasi yang ditampilkan di buku ini menjadikan buku ini sebagai sebuah kisah paling menakjubkan dalam sejarah hubungan alien dan umat manusia.

Dalam kata pengantarnya, Dr Pinotti mendeskripsikan rasa takjubnya ketika ia mendengar profesornya, Bruno Sammaciccia, berbicara mengenai ekstra terestrial. Saat itu, tahun 1969, ia sedang menjalani ujian tesis akhir doktoralnya di Universitas Florence. Ketika ia menyinggung kepada profesornya bahwa ia memiliki ketertarikan dengan UFO, profesornya berkata kepada Pinotti : "Apakah engkau menyadari bahwa ada markas bawah tanah alien di dekat Pescara."

Pinotti kemudian menyadari bahwa profesornya adalah salah seorang anggota perkumpulan rahasia yang memiliki misi untuk membantu para alien di bumi. Perkumpulan ini mereka sebut dengan nama "Friendship", "Freundshaft", "Amitiè" atau "Amicizia".

Pinotti juga mengkonfirmasi bahwa "sekelompok alien yang berwajah seperti manusia dari galaksi yang jauh telah membangun sebuah markas dengan struktur bawah tanah raksasa di sepanjang pantai laut Adriatic.

Hanya karena kematian Sammaciccio di tahun 2003-lah yang membuat Pinotti mau membeberkan semua ini ke publik. "Aku menyadari bahwa inilah tugasku untuk berkontribusi terhadap kebenaran sebanyak mungkin yang aku bisa." Katanya.

Kisah mass contacts bermula pada tahun 1956 ketika Bruno Sammaciccia dan dua orang temannya bertemu dengan dua orang yang mengaku bahwa mereka adalah alien. Satu diantaranya memiliki tinggi 2 meter lebih sedang satu lagi sekitar 1.5 meter. Sammaciccia dan temannya pada awalnya meragukan cerita mereka hingga mereka dibawa ke markas rahasia itu dan dipertemukan dengan alien-alien yang lain. Mereka melihat para alien itu mendidik anak-anak mereka dengan teknologi-teknologi canggih, mereka juga melihat pesawat luar angkasa yang digunakan oleh mereka dan dalam salah satu kesempatan, mereka bahkan melihat ada seorang alien yang memiliki tinggi sekitar 6 meter.

Setelah yakin bahwa mereka telah mengadakan kontak dengan para alien, Sammaciccia dan teman-temannya mulai membantu para alien itu. Mereka membantu memasok bahan makanan dan material lainnya untuk dibawa ke markas rahasia itu. Setiap bulan dua truk penuh dengan bahan makanan disalurkan ke markas-markas yang berbeda-beda di seluruh Italia.

Jumlah anggota perkumpulan "friendship" semakin membesar sejalan dengan waktu. Mereka memiliki tugas utama membantu mempersiapkan umat manusia untuk menerima kehadiran para alien di muka bumi ini. Sammaciccia menyebut teman aliennya dengan sebutan W56. "W" berasal dari tanda Victory, sedangkan "56" adalah tahun awal pertemuan mereka.

Breccia, penulis buku ini mengatakan bahwa ia telah bertemu secara pribadi dengan sekitar 80 orang yang terlibat dalam perkumpulan itu dan mewawancari mereka secara langsung. Kebanyakan warga negara Italia, namun ada juga beberapa yang berasal dari negara lain.

Banyak dari para alien itu dengan mudah membaur dengan manusia dan bahkan mereka juga memiliki pekerjaan normal seperti manusia umumnya. Kisah ini sama persis dengan film Men in Black yang kita saksikan di Bioskop. Bahkan sebenarnya beberapa warga Amerika Serikat telah lama menyatakan bahwa ada alien yang hidup di tengah kita.

Sammaciccia kemudian menceritakan adanya sebuah konflik antara dua kelompok alien yang sama-sama mencoba untuk mempengaruhi masa depan manusia. Faksi yang mempromosikan persahabatan, yaitu faksinya Sammaciccia (W56), mempromosikan kesatuan kosmik dan perkembangan etika. Sedangkan faksi yang lain mempromosikan pengembangan teknologi berapapun harganya. Faksi kontra ini disebut Sammaccicia dengan sebutan CTR (Contraries).

Konflik ini kemudian memicu perpecahan diantara kelompok alien itu hingga akhirnya markas rahasia mereka dihancurkan pada tahun 1978. Mereka yang selamat harus segera meninggalkan bumi namun berjanji untuk kembali lagi di masa depan ketika umat manusia siap untuk sebuah hubungan dengan para ekstra terestrial.

Kisah di dalam buku ini sepertinya merupakan sebuah konfirmasi dari kisah UMMO yang banyak diragukan kebenarannya. Ummo adalah sebuah kelompok ras alien yang selama beberapa dekade disebut mengirimkan surat kepada para ilmuwan yang tinggal di Italia, Perancis, Spanyol dan negara-negara Eropa lainnya. Surat-surat itu berisi tulisan-tulisan yang memuat pengetahuan dan teknologi super maju. Para ilmuwan yang menerima surat-surat tersebut di kemudian hari mengakui bahwa surat-surat tersebut telah membantu mereka menghasilkan penemuan-penemuan yang luar biasa.

Masih saja sukar memverifikasi kebenaran kisah buku ini karena cerita yang beredar hanya berasal dari para saksi yang mengaku menjadi bagian dari "friendship". Namun ada beberapa hal yang mungkin bisa dipertimbangkan untuk mendukung kebenaran kisah ini :

Pertama, di dalam buku itu, dilampirkan sebuah foto wajah dari alien W56. Apabila ini adalah sebuah kisah bohong, bukankah terlalu berisiko menampilkan wajah seseorang ? apabila ada yang mengenali wajah di dalam foto tersebut sebagai manusia biasa, maka bukankah kisah di dalam buku ini akan runtuh ? Inilah foto dari W56 yang ditampilkan di buku itu :
Kedua, Reputasi Stefano Breccia. Mr. Breccia adalah seorang insinyur dari Abruzzi. Ia memiliki track record yang baik dalam karir akademisnya di banyak univeristas Italia dan Eropa. Apakah mungkin ia rela mengorbankan karirnya demi sebuah kisah bohong ?

Ketiga, Reputasi Prof. Bruno Sammaciccia. Prof Sammaciccia adalah seorang psikolog dan teolog terkenal dari Pescara. Ia menulis banyak buku mengenai berbagai subjek keagamaan seperti mukjizat, relik keagamaan dan ilmu perbandingan agama. Karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan terpajang di berbagai perpustakaan terkemuka dunia. Pada tahun 1982, ia dianugerahi gelar "Man of the year" oleh UNESCO. Ia juga merupakan sahabat dari tokoh-tokoh dunia seperti mendiang Sri Paus Yohanes Paulus II. Beberapa kardinal dari Vatikan bahkan telah menulis kata pengantar untuk buku-bukunya. Agak sukar membayangkan seseorang dengan reputasi seperti itu mengarang sesuatu yang mengada-ngada. Apakah ia mau menghancurkan kredibilitasnya hanya untuk menceritakan sebuah kisah bohong ?

Catatan 
Sebenarnya saya telah menulis kisah ini beberapa waktu yang lalu. Namun saya menunda mempublish-nya karena saya belum bisa menemukan foto alien W56 yang disebut ada di dalam buku itu. Dua hari yang lalu, saya mendapatkan foto itu. Mungkin memang butuh waktu sebelum ada seseorang yang meng-upload foto tersebut ke Internet. Didalam buku tersebut disebut ada foto-foto lain yang membuktikan adanya koloni alien tersebut. Saya belum berhasil mendapatkannya. Namun saya berniat untuk terus mencarinya. Apabila saya mendapatkannya, saya akan meng-update artikel ini dan memasang pemberitahuannya di sidebar blog ini. So..keep following this blog.

Update 
Gambar dibawah ini adalah hasil browsing pembaca yang menemukan foto berwarna dari W56. Berdasarkan analisis sederhana dengan membandingkan tinggi pucuk cemara dengan tinggi badannya, maka dibutuhkan 20 pucuk untuk menyamai tinggi badannya. pucuk pohon cemara dewasa memiliki panjang sekitar 15 cm. jadi perkiraan kasar pria didalam foto tersebut adalah 3 meter. Luar biasa. sesuai dengan deskripsi buku tersebut yang mengatakan bahwa alien yang dijumpai memiliki badan luar biasa tinggi.


Via
BACA FULL»

Markas bawah tanah UFO di Himalaya

Up 0 komentar
Kongka La adalah sebuah wilayah perbukitan di Himalaya. Tempat itu terletak di wilayah Ladakh yang sampai saat ini masih menjadi rebutan antara Cina dan India. Ladakh dikuasai oleh India, sedangkan Cina menguasai daerah timur laut yang bernama Aksai Chin. Tempat ini juga yang menjadi wilayah pertempuran besar antara Cina dan India tahun 1962.


Area ini termasuk area yang paling jarang didatangi oleh manusia dan oleh perjanjian kedua belah pihak, tentara Cina dan India tidak berpatroli di wilayah perbatasan itu. Kedua belah pihak tetap memegang kendali atas wilayah itu. Namun kelihatannya ada sesuatu yang lebih serius terjadi di wilayah itu. Menurut penduduk lokal, benda terbang tidak dikenal sering terlihat keluar dari dalam tanah di wilayah perbukitan itu. Dan masih menurut mereka, Pemerintah Cina dan India tahu persis mengenai hal ini.
Baru-baru ini, beberapa peziarah Hindu yang sedang dalam perjalanan menuju gunung Kailash dari perbatasan barat menjumpai cahaya aneh di langit. Cahaya tersebut berbentuk segitiga dan muncul dari dalam tanah dan kemudian bergerak vertikal ke atas. Para pemandu turis yang ikut serta mengatakan bahwa fenomena itu bukanlah sesuatu yang asing bagi penduduk lokal Kongka La. Beberapa peziarah yang bersemangat menginginkan untuk pergi ke area tempat munculnya cahaya. Namun sesampai di pos penjagaan pemerintah Cina, tentara Cina menolak memberikan ijin. Ketika mereka mencoba untuk masuk dari wilayah India, tentara India menolak mereka.


kemudian peziarah yang ingin tahu itu segera menanyakan masalah tersebut kepada penduduk lokal. Para penduduk mulai tertawa ketika ditanya soal penampakan UFO. Menurut mereka, keberadaan objek aneh dari dalam gunung adalah sesuatu yang sudah diketahui oleh seluruh penduduk lokal. Menurut mereka, markas UFO terdapat jauh di dalam tanah dan mereka juga percaya bahwa rahasia itu ditutup rapat oleh pemerintah Cina dan India. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah pernah memberitahukan masalah ini kepada pemerintah lokal setempat. Namun para pejabat militer meminta mereka untuk tidak menceritakan hal tersebut kepada siapapun.

Kongka la adalah tempat dimana lempengan Eurasia dan lempeng India bertemu dan membentuk lempeng konvergen dimana lempeng yang satu berada di bawah lempeng yang lain. Kondisi ini memungkinkan dibangunnya markas bawah tanah. Wilayah ini sendiri memiliki sumber daya alam berupa batu dan granit yang indah, namun entah kenapa pemerintah Cina dan India menolak untuk mengeksplorasinya.

Baru-baru ini diadakan kontes menggambar di antara anak-anak Kongka la di sekolah. Lebih dari separuh dari antara mereka menggambar objek aneh di angkasa yang keluar dari perut gunung. Mereka mengakui bahwa mereka memang sering menyaksikan objek aneh itu keluar dari gunung. Himalaya yang merupakan wilayah pegunungan memang masih menyimpan misteri besar hingga saat ini, dari Yeti hingga penemuan artefak-artefak aneh seperti Batu Dropa yang sering dikaitkan dengan Extra terestrial.



Via
BACA FULL»